Liputan6.com, Jakarta – Peluang bonus demografi harus dioptimalkan untuk menggenjot pembangunan suatu daerah. Saat ini generasi milenial dan generasi Z mendominasi komposisi penduduk di berbagai daerah. Kedua generasi ini termasuk dalam usia produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

Demikian juga di Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan data Sensus Penduduk 2020 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat jumlah penduduk NTB pada bulan September 2020 sebanyak 5,32 juta jiwa.

Penduduk sejumlah itu didominasi oleh generasi Z (lahir tahun 2017 ke atas) dan milenial (lahir 1981-1996). Proporsi generasi Z sebanyak 28,62 persen dari total populasi dan generasi milenial sebanyak 27,24 persen dari total populasi NTB.

Persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) terus meningkat sejak 1971. Pada 1971 proporsi penduduk usia produktif adalah sebesar 52,56 persen dari total populasi dan meningkat menjadi 69,77 persen di tahun 2020.

Pemerintah NTB gerak cepat menangkap potensi penduduk tersebut. “Generasi milenial inilah yang akan kita dampingi dan gerakkan untuk masuk sebagai pelaku industrialisasi dengan unggulan daerah di enam sektor,” kata Kepala Dinas Perindustrian Provinsi NTB, Nuryanti, di Mataram, Rabu (27/1/2021).

Dari data Dinas Perindustrian, komposisi pelaku industri di NTB tercatat sebanyak 1.131 adalah pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) kecil, 113 IKM menengah, dan 11 IKM besar. Dari sejumlah itu, 40 persen di dalamnya adalah pelaku IKM generasi milenial.

Pemprov NTB pun akan membangun industrialisasi berbasis potensi generasi milenial. Karena dinilai lebih cepat menerima pembelajaran, lebih cepat menyesuaikan diri, dan lebih akrab dengan teknologi.

“Kita ajari sekali saja, sudah cepat nangkap. Bisa membuat produk industrialisasi, dan memasarkan produknya mereka sudah memanfaatkan IT dan media sosial. Karena itu kita akan dorong milenial ini belajar di STIP. Setelah itu, mereka bisa memilih di industri yang mana,” katanya.

Untuk itu, Dinas Perindustrian NTB akan menghidupkan kembali pertemuan pekanan milenial. Selain itu membentuk kelompok-kelompok milenial penggerak industrialisasi. “Kita gas pol,” demikian Nuryanti.